Share Pengalaman Jalan-jalan ke Eropa (Plus Outfit Tips)

stock-photo-beautiful-amsterdam-76796579

Note: Tulisan lama yang ditulis tahun 2015

Tanggal 2013 dan 2014 lalu, saya beruntung mendapat kesempatan diajak jalan-jalan orang tua ke Eropa. Jujur aja, jalan-jalan ke Eropa itu gak pernah ada di mimpi saya apalagi to-do-list saya. Bahkan saya sempat ragu waktu saya diajak ke Eropa, soalnya menurut saya ini terlalu cepet dan surreal :p. Tapi alhamdulillah berkat Ibu saya yang full of surprises, wacana liburan ke Eropa bisa direalisasi.

Jalannya udah lama sih, tapi saya merasa kok pelit banget ya, jalan-jalan kok gak bagi-bagi sekedar informasi atau apa gitu, jadi ya.. mumpung serpihan memori ini masih ada, saya mau coba share pengalaman travelling ke Eropa, yang umum-umum aja ya (karena lupa-lupa inget heheh), yang mungkin bisa bermanfaat bagi siapapun yang nyasar ke blog ini.

Cuaca dan Pakaian

Saya berangkat ke Eropa melalui travel agent pada tanggal akhir Maret 2013. Saat itu sedang musim semi alias Spring sehingga cuacanya masih lumayan dingin, yaitu sekitar 12 derajat bahkan hingga 2 derajat. Waktu itu saya belum tau kalau Spring itu masih lumayan dingin dan butuh persiapan pakaian yang serius. Apalagi kalau angin lagi berhembus kenceng.. wah udah deh, kelar. Suhu 8 derajat pun bisa berasa kayak minus derajat. Waktu itu saya lebih mentingin fashion (biar difoto bagus, padahal masih gak ada bagus2nya juga wkwk). Jadilah saya lihat foto-foto Spring outfit di gugel, dan ternyata mereka semua berdusta! Gak mempan untuk nahan dingin ternyata. Dan akhirnya panic attack saya kambuh waktu di Big Ben saking kedinginannya dan saya pun terpaksa beli coat super besar di Volendam yang sama sekali gak keren huehe. Jadi memang sebaiknya walaupun sudah ikut tur sekalipun, ada baiknya kita pelajari sendiri mengenai cuaca negara tujuan dan baju yang seharusnya dipakai.

Keberangkatan kedua adalah akhir Desember 2014, pada saat musim dingin alias Winter. Yang kali ini saya gak tertipu dengan foto gugel ala ootd, tapi saya search ke blog-blog orang yang jauh lebih informatif. Suhu saat bulan Desember menurut saya sedikit lebih dingin dibanding bulan Maret. Intinya keduanya sama-sama dingin banget.

So, sebaiknya apa yang harus dibawa? Ini dia (diurut dari yang pertama dipakai):

  1. Long john.

Ini lapisan pertama yang dipakai. Gunanya untuk menahan panas tubuh. Waktu Winter saya pakai dua lapis karena cuaca di luar sering berangin dan dingin banget. Kalau bisa bawa long john yang banyak supaya nanti gak gatel-gatel kalau terlalu sering dipakai karena long john lah yang bersentuhan langsung dengan kulit.

Beli di: Toko Djohan (Pasar Pagi Mangga Dua) – Jakarta

  1. Vest 

Saya pakai vest bahan wol sebelum sweater supaya tangan mudah digerakkan. Terlalu banyak pakai baju lengan panjang berlapis-lapis tangan jadi sakit kalau ditekuk.

Beli di:

–         ITC Kuningan – Jakarta

–         Factory Outlet sepanjang Dago Bandung (saran saya cari di FO sekitar Jalan Dago setelah perempatan ke arah Dago atas. Harganya bisa lebih murah dibanding FO sekitaran BIP atau Jalan Riau.)

  1. Sweater

Sebaiknya pakai yang turtle neck supaya leher gak kena angin.

Beli di: Uniqlo, ITC Kuningan – Jakarta, Factory Outlet sepanjang Dago Bandung.

  1. Celana Jeans

Dipakai setelah long john. Kalau dingin banget, celana long john juga bisa di-double, tapi celana jeans jangan pakai yang ketat supaya lutut gak susah waktu ditekuk. (Updated: Celana jeans hanya untuk laki-laki! Perempuan luarannya pakai rok.)

  1. Down Jacket

Kalau bisa pakai yang di dalamnya dari bulu angsa karena ringan tapi hangat. Belinya yang agak longgar supaya muat untuk lapisan baju kita yang udah berjubel. Lebih bagus lagi kalau beli yang modelnya udah plus penutup kepala dan leher.

Beli di: 

–         Toko Djohan (Pasar Pagi Mangga Dua) – Jakarta.

–         Cargo (FO) – Bandung (<- di sini saya ketemu coat Zara, Stradivarius dan Bershka dengan harga dibawah 200rb lhoh! Kayaknya barang reject dan cacatnya cuma di bagian resleting saku yang sedikit mampet, gak terlalu masalah).

–         Factory Outlet sepanjang Dago Bandung.

Selain yang di atas itu, perintilan kecil ini juga sangat krusial perannya:

  1. Sarung Tangan

Kalau bisa dalamnya wol supaya hangat, dan luarnya kulit supaya gak gampang basah.

  1.   Syal 

Beli syal besar yang bukan cuma menutupi leher, tapi juga bisa menutupi mulut dan hidung, karena wajah pun rentan kedinginan kalau ada angin.

  1. Kaus Kaki Wol Tebal
  1. Kupluk 

Kupluknya harus menutupi kuping.

Note: All above bisa dibeli di: 

–         Toko Djohan (Pasar Pagi Mangga Dua) – Jakarta.

–         Toko Winter Momo ITC Kuningan – Jakarta.

–         Factory Outlet sepanjang Dago Bandung.

  1.   Sepatu Boot 

Sebaiknya beli yang berbahan kulit supaya lebih awet dan air gak merembes ke dalam kaki, dan bagian bawahnya bergerigi supaya kita gak kepleset waktu jalan di tumpukan salju. (Updated: Sebaknya pakai sepatu running yang solnya bergerigi saja, kayak merek Nike atau Adidas. jangan sepatu boot. Lebih nyaman dan empuk sepatu running. Pengalaman saya pakai sepatu boot ke Turki kaki lecet-lecet, dan nyesel gak bawa sepatu running)

Bisa dibeli di: H&M, Zara.

Destinasi, Makanan, & Travel Agent

Jasa travel yang kita pakai untuk ke Eropa pada bulan Maret 2013 adalah Golden Rama. Paket tur yang kita pakai waktu itu Fun West Europe + London + Keukenhof (13 Days). Negara yang dikunjungi Inggris, Belgia, Belanda, Perancis, Swiss, Italia, Roma, dan Vatikan. Trademark yang dikunjungi di masing-masing negara antara lain Big Ben (Inggris), Sungai Amstel & Keukenhof (Belanda), Eiffel tower & Champs Ellysees Avenue (Perancis), kantor PBB & Mt. Titlis (Swiss), Venice, Colloseum, Menara Pisa (Italia), St. Peter Bassilica (Vatikan). Menurut saya paket tur ini cocok banget untuk yang baru pertama kali pergi ke Eropa karena destinasinya mencakup tempat-tempat populer di Eropa, jadi pergi ke tempat-tempat ini seakan sudah mewakilkan seluruh negara. Saya kurang tau sekarang masih ada paket tur ini apa gak ya… Yang pasti setau saya tur ke spot populer di West Europe biasanya selalu ditawarkan di travel agent.

Pada Desember 2014 kita memakai Dwidaya Tour. Paket tur yang kita pakai adalah Exotic Europe (12 Days). Negara yang dikunjungi Spanyol, Perancis, Monaco, Italia, dan Swiss. Trademark yang dikunjungi antara lain Santiago Bernabéu & Sagrada Familia (Spanyol), Cannes & Kota Parfum Grasse (Perancis), Monte Carlo F1 Track (Monaco), Mt. Blanc (Swiss). Kalau untuk perjalanan yang ini lebih ditekankan ke pemandangan alam dibanding bangunan perkotaan karena kita menyusuri tepian selatan Eropa yang berbatasan langsung dengan Laut Mediterania.

Untuk service, kedua travel sama-sama oke menurut saya. Tidak ada keluhan dari hotel-hotel yang ditempati; semuanya nyaman, bersih, dan mewah. Bisnya juga nyaman. Untuk makan, biasanya kita gak dikasih full makan pagi sampai malam. Makan pagi sudah pasti di hotel. Tapi untuk makan siang biasanya mereka gak  selalu sediakan. Makanya, keluarga saya biasanya selalu bawa rice cooker, beras, abon, rendang, dan makanan kering (seperti ikan balita, kering tempe, dan kerupuk). Gak lupa juga bawa tupperware, sunlight, & spons (niat wkwk).

Untuk keluarga, ini juga bisa jadi ajang teamwork, bagi-bagi tugas siapa yang masak nasi, siapkan bekal, cuci tupperware, dll.

Untuk makan malam kita biasanya diarahkan ke Chinese Food. Memang tidak ada pork yang disediakan. Tapi penggunaan minyaknya patut dicurigai; menggunakan minyak babi atau gak? Dagingnya direndam alkohol dulu atau gak? So, untuk Muslim gak ada salahnya bawa bekal makanan dari Indonesia untuk jaga-jaga.

Kelebihan dan Kekurangan Jalan-jalan dengan Travel Agent

Kekurangan:

  1. Kita terikat waktu. Jadi biasanya kita berhenti di satu spot dan dikasih waktu beberapa jam oleh si tour guide untuk lihat-lihat.
  1.   Kita gak bisa meng-explore tempat wisata lebih dalam. Seringkali kita sampai ke tempat terkenal, misalkan Museum Louvre, tapi sayangnya cuma dikasih waktu untuk foto-foto di depan museum nya, gak masuk ke dalam. Ada juga yang sebatas city tour.
  1. Terlalu banyak waktu habis di dalam perjalanan. Selama tur di Eropa biasanya kita mengunjungi banyak negara sekaligus dengan bis. Bahkan waktu saya pergi dari Madrid ke Barcelona butuh waktu 12 jam! Walaupun view nya bagus tapi yahh ada kalanya bosen juga kan kalau selama itu. Kalau mandiri kan, bisa difokusin ke sedikit negara aja misalkan tapi kita bisa memadatkan jadwal untuk exploring.
  1. Banyak shopping time. Untuk yang suka shopping, tentunya bukan masalah. Tapi kalau gak suka, waktu kan bisa dipakai untuk lihat-lihat tempat wisata yang lebih khas. Waktu saya ke Paris, kita dikasih waktu untuk shopping di Galeries Lafayatte selama 5 jam! Bayangin.. lama banget kan. Saya cuma bisa berandai-andai kalau waktu selama itu bisa dipakai untuk masuk ke salah satu museum di Paris. *tapi karena udah kadung di Lafayette akhirnya terpaksa ikutan beli sesuatu deh**sukarela ding :p*

Kelebihan:

  1.   Gak usah pusing mikir visa, itinerary, akomodasi, dll. Semuanya sudah jelas dan terurus. Mau liburan mandiri itu bisa mirip-mirip kayak mau ujian. Harus mempelajari tentang ini-itu berbulan-bulan sebelumnya. Tapi kalau dengan travel agent, ibaratnya kita cuma bayar, habis itu merem deh sampai kembali ke Indonesia lagi.
  1. Cocok untuk bepergian dengan keluarga, terutama dengan orang tua karena gak terlalu melelahkan. Selalu ada bis kalau malas atau capek untuk keluar.
  1. Gak perlu panik dan khawatir kalau ada problem di tengah perjalanan karena ada tour guide yang bertanggung jawab untuk kita semua.

amsterdam-itinerary-houses canal

  1. Kalau beruntung, kita bisa dapat tour guide yang informatif dan seneng cerita sehingga perjalanan di dalam bis gak berasa, bahkan berkesan. Waktu saya ke Eropa dengan Golden Rama, saya dapet tour guide yang wawasannya luas, seneng cerita, dan lucu! Namanya Om Polo. Jadinya sepanjang perjalanan bukan cuma tentang wisata aja yang dia ceritain.. keluarga, sejarah, agama, apapun deh, dibabat juga. Bahkan bisa dibilang dia nge-stand up comedy (dia literally sering berdiri menghadap ke peserta tur, padahal kan pusing yak di dalam bis) karena ceritanya selalu diselingi dengan bercandaan. Yah pokoknya perjalanan jadi seru deh! Tapi waktu ke Eropa kedua kali, saya dapet tour guide yang baik juga sih, tapi dia sesekali aja cerita. Jadi berasaaa banget kalau perjalanan di dalam bis itu lama. Jadi peran tour guide ini penting banget tapi dapetnya untung-untungan (katanya sih bisa minta kalo serombongan sepakat untuk pilih tour guidenya).

Yang Menarik dari Eropa

  1.  Bangunan-bangunan tua khas Eropa! Love them so! 😀 Bangunan kotak-kotak rapih dengan pilar besar dan cat krem ini kan cuma bisa ditemui secara wajar di Eropa. Saya juga merasa takjub aja.. kok bisa ya ada peradaban yang jauh berbeda dengan yang saya lihat sehari-hari, padahal kan kita sama-sama menginjak tanah bumi yang sama. Iya gak sih?
  1.  Memperhatikan tingkah laku warganya yang jauh berbeda dengan Indonesia. Mereka semua jalan dan bergerak dengan cepat dan fashionable (sepenglihatan saya banyak yang pake coat warna gelap, tapi kalau turis Asia cenderung warna warni coatnya). Tapi rata-rata mereka gak ramah dan dingin.. yah pokoknya Indonesia patut berbanggalah kalau yang ini. Orang kita nyebrang jalan sembarangan aja sambil senyam-senyum hahah.
  1.  Amsterdam! Amsterdam punya pemandangan tradisional walaupun kotanya maju (punya trem dan MRT) tapi banyak banget pengguna sepeda yang berlalu lalang. Bahkan di sana banyak ‘kuburan sepeda’ untuk sepeda-sepeda ringsek. Terutama hati saya tertambat di sepanjang sungai Amstel dengan bangunan perumahannya yang indah banget.
  1. Red District Light Amsterdam. Baru kali itu saya lihat tempat kayak gitu. Tempat yang menarik dan menyayat hati nurani secara bersamaan. Ini kawasan lokalisasi pelacuran legal yang ditata ala tempat wisata. Dominan dengan warna merah di sepanjang bangunan dan perempuan-perempuannya didandanin dengan pakaian minim sambil bergaya erotis di balik kaca (bahkan makin ke belakang bangunan, semakin nihil baju yang mereka pake). Amsterdam juga terkenal sebagai surganya narkoba karena penggunaan ganja legal di sini (iya, legal!). Jadi banyak orang-orang yang jalan sempoyongan di sekitar Red District. Bener-bener tempat yang membuat saya bangga dengan Indonesia karena hal kayak gini gak mungkin punya tempat di Indonesia. *dan awkward-nya lagi saya ngeliat tempat ini bareng ortu plus peserta tur lain yang mayoritas dewasa.. krikk..*
  1. Memasuki kota Roma kayak kembali ke ratusan tahun yang lalu karena banyaknya reruntuhan kejayaan Romawi kuno yang tersebar di pinggiran kota. Banyak pilar-pilar raksasa dan patung-patung yang bisa dilihat langsung dari pinggir jalan.
  1. Ternyata ada peraturan kalau supir bis di Eropa harus berhenti setiap 2 jam sekali. Bayangin supir di Indonesia, kalau mudik bisa diforsir nyetir 10 jam lebih non-stop wkwk.
  1. Kota Paris ternyata gak seindah yang kita bayangkan. Kotanya macet, kotor, banyak pembangunan gedung sehingga crane-cranenya merusak pemandangan. Tapi memasuki spot wisatanya seperti Eiffel tower dan Champ Elysees, barulah kelihatan indah.
  1. Jam lima sore di sana toko-toko banyak yang udah tutup dan jalanan udah mulai sepi (tapi saya gak tau ya kalo Summer gini juga gak).
  2. Lafayette katanya masuk ke mall termegah di Eropa. Tapi ternyata di dalemnya umplek-umplekan dan sempit ruang geraknya. Jauh lebih enak jalan-jalan di Grand Indonesia atau Kota Kasablanka.
  3. Di pinggiran Laut Mediterania, banyak perumahan super mewah yang bisa dilihat jelas dari atas jalan. No wonder Nat Geo sampe buat program khusus tentang perumahan di pinggirian Mediterania; Homes by The Med. Ternyata memang mewah-mewah. Tapi yang saya bingung.. itu gak takut dilompatin maling dari atas apa yak.

My last thought about this post in 2020: Alhamdulillah saya syukuri semua pengalaman yang Allah berikan ke saya. Perjalanan keliling dunia ini memberikan saya perspektif baru dan menambah cakrawala pengetahuan saya tentang dunia. Saya pribadi sudah menemukan apa yang saya cari dan saya sekarang tidak punya alasan yang kuat untuk jalan-jalan ke luar negeri lagi. Terlebih lagi, seiring bertambahnya ilmu, ada batasan-batasan ilmiah yang membuat saya tidak bisa ke luar negeri tanpa alasan yang urgent. Insya Allah tulisan-tulisan dalam buku dan artikel sudah sangat amat berlebihan (bukan cuma cukup) untuk membuat kita melihat dunia dengan perspektif yang sebenarnya.